VT Wartawan Senior Untuk Presiden Prabowo


VT Wartawan Senior Untuk Presiden Prabowo

Oleh : Al Syarif (Jurnalis Senior Informatika News Line)



Seorang jurnalis melalui akun Tiktok mengirimkan VT (video tiktok) untuk Presiden Prabowo Subianto 


Akun tiktok Arionolestari memberikan masukan informasi latar belakang profesi yang bersangkutan. Sebagai Direktur Radar Yogya, dan juga jurnalis Jawa Post sejak tahun 1989, wartawan senior. 

Saya sendiri meniti profesi jurnalis sejak tahun-tahun yang sama tahun 1988 an, bukan sebagai jurnalis Jawa Post professional tapi dari harian Surabaya Post, saat itu. Saya sempat mengisi rubrik Kronika Pelajar Harian Surabaya Post di kota Malang, kemudian berlanjut menjadi kontributor Pikiran Rakyat di Bandung, dan beberapa media di Jakarta.

Meski terlihat berbahasa sopan dan halus gaya Yogyakarta, akan tetapi pernyataan dalam VT itu sangat tegas dan bahkan pedas. Meminta Presiden Prabowo, meninjau ulang perlakuan pada Presiden Indonesia sebelumnya, Ir. Joko Widodo.

Akan tetapi meski terkait gaya bicara ala  Yogyakarta, rupanya si pemilik akun ini tidak memahami bagaimana cara orang Jawa berkomunikasi.

Mungkin tidak faham dengan filosofis Jawa angutuk lor keno kidul yang biasa diperagakan dan dipraktekkan oleh beberapa Presiden Indonesia yang seorang Jawa.

Karakter khas dalam budaya komunikasi Jawa terkadang tidak dikenali dengan baik oleh budaya Nasional modern. Sehingga filosofis Jawa dalam berkomunikasi di atas tidak terjangkau atau tidak terfahami dengan baik.

Menjelek-jelekkan itu berarti memberikan energi positif yang muncul dan menjadi energi pendorong. Seperti yang dikenali dari filosofis budaya Jawa. Jadi jika ingin populer maka gunakan lah filosofis menjelekkan. 

Kalau ada tokoh atau pemimpin Jawa yang dijelek-jelekkan, maka itu berarti punya nilai menghidupkan atau membuat populer. Jadi jika ingin merusak orang Jawa, jangan menjelekkan. Tapi pujilah setinggi langit, maka dia akan mati.

Orang Jawa matinya itu dipangku ini adalah filosofis orang Jawa. Jadi menghancurkan orang Jawa tidak dengan cara mengejek dan menjelek-jelekkan, akan tetapi dengan jalan menyanjung dan mengangkat angkat dirinya.

Jika apa yang disampaikan oleh arionolestari patut dipertanyakan kembali. Ketika menjelek-jelekkan dan cenderung memfitnah itu memang murni punya data dan bukti yang cukup ? Atau hanya sekedar berwacana untuk menyulut energi tradisional yang dibawa oleh filosofis budaya Jawa ?

Nglurug tanpa bolo, itu berani menghadapi musuh atau masalah sendirian saja, tanpa membawa bolo atau teman.

Sejumlah aspek filosofis Jawa perlu dipelajari untuk memahami bagaimana orang Jawa menjalani kehidupan di tengah masyarakat.







Lebih baru Lebih lama