Tak Mempan Lawan Antibiotik : Karakter Alami Mikroba Yang Terisolasi Dari Dunia Modern

 Tak Mempan Lawan Antibiotik : Karakter Alami Mikroba Yang Terisolasi Dari Dunia Modern





H. Wijaya S.T.


Informatika News Line

Sejumlah penelitian baru yang mengangkat relasi antara antibiotik dan mikroba yang terasing dari dunia, membongkar kemampuan alami makhluk mikroskopis ini melawan antibiotik modern.

Resistensi antibiotik ini adalah sebuah kondisi ketika obat antibiotik tidak mempan lagi digunakan. Resistensi menjadi momok nyata di dunia medis dalam beberapa tahun terakhir ini.

Sejumlah pendapat dan peneliti beranggapan bahwa resistensi antibiotik yang muncul ini disebabkan efek over dosis, dalam penggunaan dosis antibiotik yang berlebihan, oleh para pasien yang menggunakan antibiotik. Karena ingin cepat sembuh maka pasien biasanya memakan antibiotik berlebih, atau malah sebaliknya antibiotik tidak habis dimakan. Kondisi ini dituding sebagai sebab antibiotik tidak lagi mempan digunakan untuk mengobati penyakit yang sama, karena bakteri penyerang nya berubah menjadi kebal.

Akan tetapi penelitian terakhir menemukan bahwa yang terjadi tidak semata-mata seperti itu. Penelitian terakhir ini membuktikan bahwa mikroba secara alami memang sudah dilengkapi dengan mekanisme bawaan untuk melawan antibiotik yang membunuh dan menghancurkan mereka.





Sifat resistensi terhadap antibiotik ini bahkan diketahui dimiliki oleh mikroba sebelum manusia mengenal obat-obatan modern. Fakta ini terungkap dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti mikroba yang ditemukan di kedalaman Gua Lechuguilla, New Mexico, Amerika Serikat.

Dr. Hazel Barton dan Dr. Gerry Wright adalah peneliti yang menemukan bahwa mikroba di dalam gua itu tak mempan saat diberi antibiotika. Sifat racun yang dimiliki antibiotik dianggap angin lalu oleh mikroba, kesimpulan penelitian yang dilakukan pada tahun 2012 yang lalu itu.

Penelitian ini segera disusul oleh Penelitian baru yang dilakukan di Benua Antartika oleh Universitas d Chile yang baru saja di lakukan di awal tahun 2025 ini.

Penelitian ini juga menemukan bahwa bakteri di lingkungan ekstrem yang hampir bebas dari campur tangan manusia ternyata  telah mengembangkan kemampuan resistensi terhadap antibiotik modern secara alami.

Hal ini membuktikan bahwa resistensi adalah sifat alami yang bahkan dimiliki oleh ekosistem paling terpencil. Penelitian ini juga mendukung adanya sifat alami yang dimiliki oleh mikroba dalam berhadapan dengan antibiotik modern.
 

 

Awal Penelitian : Gua yang Terisolasi 4 Juta Tahun Yang Lalu (2012)

Lechuguilla Cave adalah gua yang dikenal karena keindahan dan keunikannya. Namun meski menjadi obyek wisata, ada hal yang mengejutkan saat dilakukan penelitian tentang organisme di dalam goa. Pada sisi tersembunyi dari gua ini ternyata secara tidak sengaja ditemukan sejumlah mikroba yang telah terisolasi selama lebih dari 4 juta tahun.

Para ilmuwan melakukan penelitian di lingkungan ekstrem tersebut untuk memahami karakter mikrobioma yang ada di sana. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa Bakteri-bakteri di dalam gua itu ternyata memiliki ketahanan yang luar biasa terhadap berbagai jenis antibiotik.

Beberapa strain bakteri bahkan mampu bertahan dari 14 jenis antibiotik komersial yang berbeda yang dikenal saat ini. Daptomisin—antibiotik garis akhir yang biasanya digunakan untuk melawan infeksi berat dari bakteri Gram-positif yang kebal obat adalah termasuk salah satu yang dinetralisir oleh strain bakteri super kuat ini.


Bagaimana Mikroba Melawan Antibiotik?

Penelitian yang dilakukan kemudian menunjukkan bahwa resistensi ini bukan karena "kontaminasi" antibiotik dari manusia, melainkan bagian dari sistem pertahanan alami dari bakteri itu sendiri. Para peneliti menyimpulkan sejumlah mekanisme cerdas yang dimiliki bakteri mikroba dalam menghadapi antibiotik.


Menghancurkan Antibiotik
Struktur cerdas yang dimiliki oleh bakteri menghasilkan enzim seperti beta-laktamase yang bisa menghancurkan struktur antibiotik.

Memompa Keluar Antibiotik (Efflux Pump)
Mekanisme lain yang dimiliki adalah adanya kemampuan efflux pump. Antibiotik yang masuk ke dalam bakteri akan segera dipompa keluar sebelum sempat merusak.

Mengubah Target Serangan
Mikroba juga bisa memodifikasi bagian dalam tubuhnya yang menjadi sasaran antibiotik dengan mengubah target sasaran menuju sasaran yang salah, sehingga obat tak lagi efektif.

Melindungi Diri dengan Protein Pelindung
Ada strain bakteri yang menggunakan protein seperti bodyguard untuk melindungi target dari serangan obat.

Jalur Alternatif Metabolik
Jika ada jalur penting yang dihambat antibiotik, mereka bisa mencari jalan lain atau mengambil nutrisi dari lingkungan.


Karakter Resisten :  Alami, Kuno, dan Tertanam dalam Genetika Mikroba

Penemuan ini semakin memperkuat pemahaman para ahli, bahwa resistensi antibiotik, adalah bagian dan sifat alami dari evolusi mikroba.

Uniknya Bakteri bersel 1 ini sudah lama memiliki kemampuan "berperang" satu sama lain, senjata yang digunakan dalan perang antar bakteri ini adalah sebuah jenis antibiotik alami yang mampu diproduksi sendiri oleh mikroba.

Jadi Mikroba selain memprodukdi antibiotik alami, makluk mikrobiologi ini juga sekaligus mengembangkan perlindungan dari serangan senjata antibiotik tersebut.

Artinya, resistensi antibiotik bukanlah sesuatu yang sepenuhnya baru. Masalahnya kini adalah bagaimana manusia mempercepat penyebaran dan evolusi resistensi ini dengan penggunaan antibiotik yang tidak bijak.



Apa Implikasinya Untuk Manusia ?

Menyadari bahwa resistensi antibiotik sudah tertanam secara alami seharusnya membuat kita lebih waspada. Penyalahgunaan antibiotik akan semakin memperkuat dan menyebarkan kemampuan resistensi ini ke bakteri patogen modern. Karenanya, bijak dalam menggunakan antibiotik dan mendorong penelitian untuk menemukan solusi baru menjadi kunci menghadapi tantangan ini.


Penelitian Terkait yang Mengungkap Fakta Resistensi Alami

Sejumlah studi ilmiah telah mengungkap bahwa resistensi antibiotik sudah ada jauh sebelum manusia mengenal obat-obatan:

Studi Gua Lechuguilla (2012)
Penelitian oleh tim yang dipimpin oleh Dr. Hazel Barton dan Dr. Gerry Wright menemukan bahwa mikroba dari lingkungan gua yang terisolasi jutaan tahun memiliki gen resistensi antibiotik. Ini menunjukkan bahwa resistensi adalah bagian dari ekologi alami mikroba.

Enzim Beta Laktamase di Kanada (2011)
Penemuan Gen Resistensi pada Permafrost Berusia 30.000 Tahun (D'Costa et al., 2011) Peneliti menemukan gen yang mengkode enzim beta-laktamase pada lapisan es purba di Kanada. Bukti ini mempertegas bahwa resistensi telah berkembang lama sebelum antibiotik modern ditemukan.

Selman Waksman (1943)
Selman adalah penemu antibiotik streptomisin, yang sempat mengamati bahwa banyak bakteri di tanah menunjukkan kemampuan untuk melawan antibiotik alami. Inilah awal mula konsep resistensi diperkenalkan.

Julian Davies
Mengungkap bahwa resistensi antibiotik adalah bagian dari komunikasi dan pertahanan antar mikroba di lingkungan alami, bahkan tanpa pengaruh aktivitas manusia.

Gerry Wright dan Tim (2007-2010)
Mempelajari enzim-enzim perusak antibiotik dan hubungan evolusi mereka dengan patogen modern, seperti enzim aminoglikosida fosfotransferase yang ditemukan pada mikroba di lingkungan alami.

Studi oleh WHO dan CDC (2024)
Laporan gabungan terbaru menunjukkan bahwa resistensi antibiotik kini menjadi penyebab utama kematian terkait infeksi di banyak negara berkembang. Data menunjukkan peningkatan resistensi terhadap antibiotik kelas terakhir, seperti carbapenem dan colistin, pada infeksi Gram-negatif.


Penelitian Tim Global Antibiotic Research & Development Partnership (GARDP, 2024)

Penelitian ini mengungkap adanya gen resistensi baru yang dinamakan blaNDM-24, ditemukan pada patogen Klebsiella pneumoniae di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Gen ini membuat bakteri menjadi kebal terhadap hampir semua antibiotik yang tersedia.

Laporan Lancet Infectious Diseases (2025)
Laporan ini menyebutkan adanya penyebaran gen mcr-9, penyebab resistensi colistin, pada bakteri E. coli di produk makanan dan peternakan. Ini menegaskan pentingnya pengawasan ketat pada rantai makanan.


Resistensi antibiotik bukan hanya masalah medis modern, tetapi fenomena biologis yang sudah ada sejak zaman purba. Penemuan-penemuan ini menegaskan perlunya pendekatan bijak dalam penggunaan antibiotik sekaligus investasi pada riset dan teknologi medis untuk menghadapi tantangan resistensi yang semakin kompleks.

Di masa depan teknik penggunaan antibiotik harus semakin ditingkatkan, karena menggunakan pendekatan antibiotik konvensional, yang biasa akan menjadi tidak efektif lagi digunakan.

 

 

 

 

Lebih baru Lebih lama