12 Juta Sapi Indonesia Terancam, Penyakit Mulut & Kuku Serang 7 Provinsi Lebih, Hanya Ada 4 Juta Vaksin
Bandung, 13/01/2025
Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menyerang ribuan sapi di sejumlah Provinsi di Indonesia. Sebanyak 4 juta dosis vaksin telah disiapkan dan akan mulai didistribusikan secara bertahap pada pertengahan hingga akhir Januari 2025.
"Insyaallah akhir Januari atau mungkin pertengahan Januari kita sudah siapkan secara bertahap 4 juta dosis vaksin akan didistribusikan," kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian, Agung Suganda kepada pers Jumat (10/1).
Akan tetapi jumlah vaksin ini belum mencukupi kebutuhan seluruh populasi sapi di Indonesia yang mencapai 12 juta ekor.
Pemerintah memprioritaskan distribusi vaksin ke tujuh provinsi dengan kasus PMK tertinggi, 6 provinsi di Pulau Jawa dan Lampung.
"Kita akan kejar target, Populasi sapi kita 12 juta, tetapi yang difokuskan di 7 provinsi dulu, yang terus ada peningkatan serangan. 6 provinsi di pulau Jawa, 1 Lampung," kata Agung Suganda.
Wakil Menteri Pertanian Sudaryono sebelumnya, meminta peternak sapi di Jawa Timur (Jatim) segera melakukan vaksinasi pada sapinya agar mencegah penularan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Menurut Sudaryono, vaksinasi yang dilakukan secara berkala akan meningkatkan ketahanan dan kesehatan sapi, sehingga mencegah menularnya wabah PMK yang dapat merugikan peternak.
Dia mengatakan vaksin PMK dapat diperoleh melalui dinas peternakan dan kesehatan hewan setempat atau dengan membeli secara mandiri.
Sudaryono mengatakan bahwa peternak bisa mendapatkan vaksinasi dengan harga yang sangat terjangkau, yaitu kurang dari Rp 50 ribu.
"Bukan berarti kita mengecilkan nilai rupiah, tapi ini kan nilainya sama dengan 1 bungkus rokok saja kan enggak sampai," kata Sudaryono.
"Jadi sekali lagi, selain juga nanti di masing-masing dinas itu ada vaksinasi yang memang kita berikan secara gratis, kami juga mengimbau kepada yang belum terkena PMK jangan menunggu sampai kena baru divaksin. Enggak ada gunanya," lanjutnya.
Yang menjadi masalah biasanya adalah perpindahan sapi dari satu provinsi ke Provinsi lain.
Di Tangerang, Provinsi Banten misalnya, Dinas Ketahanan Pangan Kota Tangerang dengan menggunakan pakaian alat pelindung diri melakukan pengecekan kesehatan sapi yang berasal dari Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) di area Kecamatan Cipondoh, Tangerang. Perpindahan sapi antar Provinsi seperti ini juga membawa serta virus PMK yang menyerang Sapi. Virus tidak bisa dibunuh, akan tetapi yang bisa dilakukan adalah membuat virus tidak aktif, non aktif.
Fungsi dari Vaksin adalah meningkatkan daya tahan sapi, sehingga serangan Virus menjadi tidak efektif. Pada saat virus gagal menyerang maka virus akan menjadi tidak aktif, akan tetapi tidak mati. Jika ada sapi lain yang dalam kondisi tidak dilindungi oleh Vaksin, maka virus ini bisa membuat sapi yang tidak terlindungi vaksin akan diserang dan mati.
Jawa Timur: 11 Ribu Sapi Terpapar
Di Jawa Timur data per hari Senin (13/01) mencatat sejumlah besar sapi terpapar penyakit mulut dan kuku (PMK). Jumlah sapi terpapar virus PMK, di Jawa Timur bertambah menjadi 11.317 sapi. Data ini diambil sejak sejak 1 Desember 2024 sampai 10 Januari 2025.
Dari jumlah tersebut, 70 persen berada dalam proses penyembuhan, 22 persen sembuh, dan sisanya 8 persen mati atau dipotong paksa.
"Prosentasenya masih kecil, hanya 3 persen dari total populasi," kata Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Timur, Adhy Karyono, Senin (13/01)
Hingga saat ini, kata Adhy, sebanyak 25 ribu dosis vaksin telah diberikan, ditambah 325 ribu dosis disiapkan dari APBD, dan 1,4 juta dosis yang disiapkan dari Kementerian Pertanian.
Akan tetapi jumlah vaksin ini masih jauh dari Populasi sapi yang butuh divaksin di Jawa Timur. Sebanyak 6-9 juta dosis vaksin dibutuhkan di Jawa Timur untuk menghambat total serangan virus PMK
"Kami akan terus memassifkan vaksinasi seiring dengan peningkatan kasus PMK," kata Adhy.
Adhy menegaskan bahwa kasus PMK di Jawa Timur menjadi perhatian serius. Pemerintah Provinsi intens meninjau sejumlah peternakan sapi di Jawa Timur.
"Kita benar-benar mengantisipasi PMK dengan memperketat jalur perdagangan sapi dan hewan ternak lainnya, membersihkan kandang dan lingkungan menggunakan cairan disinfektan, serta memberikan vaksinasi pada ternak yang sehat sebagai langkah pencegahan," terang Ady lebih lanjut.
Adhy juga mendorong seluruh koperasi peternak sapi melaksanakan vaksinasi secara mandiri, seperti yang dilakukan oleh Koperasi SAE Pujon, Kabupaten Malang. Langkah ini dinilainya strategis untuk bersama-sama memerangi wabah PMK secara masif.
"Ketika wabah PMK kembali melonjak, koperasi (sebaiknya) segera memberikan vaksinasi dan vitamin tambahan kepada hewan ternak sapi. Koperasi mengelola hewan yang sehat, sementara vaksinasi untuk sapi milik pribadi tetap menjadi tanggung jawab pemerintah."
Adhy juga menanggapi kebijakan penutupan pasar hewan selama 14 hari di tiga kabupaten, yakni Tulungagung, Situbondo, dan Ponorogo.
Menurut Adhy kebijakan tersebut masih dalam kontrol Pemprov Jatim.
"Saat ini Pemprov belum mengambil langkah serupa karena kami masih mempertimbangkan dampaknya pada perekonomian masyarakat. Semua langkah harus seimbang, mengatasi wabah PMK sekaligus menjaga roda ekonomi tetap bergerak," kata Adhy lebih lanjut.
Laporan : MIG/Vijay
Baca Juga :
Anang Akhmad Desak Pemprov Jatim Tutup Pasar Hewan di Jember
Plt Bupati Sidoarjo Sidak Vaksinasi Sapi di Wonoayu
Darurat PMK Di Jawa Timur (Petikan Media)